“Pengecualian diperlukan, prasangka adalah wajar, keserakahan adalah baik, putus asa tidak bisa dihindari.”
Saya baru saja membaca quote tersebut pada status teman saya di facebook. Saya rasa itu adalah salah satu prinsip dalam ilmu ekonomi, meskipun baru kali ini saya membacanya. Yang menarik dan menimbulkan pertanyaan di hati saya adalah; mengapa dia membuat status seperti itu? Saya tahu betul dia adalah seseorang yang memiliki alasan untuk setiap tindakan yang dia lakukan, terlepas dia selalu mengatakan bahwa semua statusnya hanyalah gurauan saja, hanya untuk memperoleh banyak like.
Kakak saya, yang merupakan sarjana psikologi pernah mengatakan kepada saya bahwa apabila seseorang berkata atau membuat pernyataan tentang dirinya dengan sendirinya (tanpa ditanya terlebih dahulu) itu berarti bahwa orang tersebut sedang berusaha untuk mengcover jati dirinya yang sebenarnya. Pernyataan tersebut adalah sebagai bentuk pembelaan terhadap jati dirinya yang belum bisa ia terima. Teman saya itu, sebut saja ‘D’ ,pernah tiba-tiba berkata kepada saya;”saya gak peduli dengan siapapun, saya hanya peduli dengan diri saya sendiri.” dia mencoba mengatakan itu sambil berlagak seolah olah dia memiliki prinsip diri yang kuat. Lalu saya katakan,”iya, bener juga. Buat apa juga kan peduli dengan orang lain? Gak penting.”. Saya jamin dia langsung berfikir negative kepada saya setelah membaca respon itu.
Seseorang yang mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan orang lain secara spontan seperti teman saya diatas, mengindikasikan bahwa orang tersebut sedang sangat butuh diperhatikan. Mungkin saja ia merasakan bahwa tidak ada orang yang peduli dengannya, sehingga ia memfigurkan dirinya sendiri menjadi orang yang tidak peduli pula, supaya ia bisa merasa lebih bersahaja meskipun tanpa orang lain yang memperdulikannya. “D” sempat mengatakan kepada saya bahwa teman-temannya hanya datang kepadanya saat mereka butuh saja, setelah itu ia tidak dipedulikan, bahkan meskipun hanya sekedar mengajaknya ke kantin. Dan terlepas dari itu, selama beberapa bulan saya menjalin pertemanan dengan “D”, menurut saya dia adalah orang yang sangat peduli bahkan sangat tulus. Meskipun ia selalu menutupi jati dirinya itu dengan berlagak acuh tak acuh.
Status dan sejenisnya (ex: PM dll) menurut saya juga merupakan bentuk pernyataan diri. kebanyakan orang mengira bahwa status yang dibuat seseorang sudah mencerminkan jati dirinya. Padahal berdasarkan bukti bukti diatas, status di facebook bisa jadi bertolak belakang dengan karakter asli pemiliknya. Saya sangat tergelitik dengan beberapa status teman saya semisal “Saya gak peduli dengan perkataan mereka, terserah mereka mau ngomong apa!haha.. “. Saya bertanya-tanya dalam hati, lalu jika tidak peduli mengapa anda sempat menuliskannya menjadi sebuah status?
Status seperti itu bahkan merupakan suatu bentuk akumulasi emosi, yang berarti orang tersebut sangat peduli dengan perkataan orang lain mengenai dirinya. Sehingga pikiran-pikiran tersebut lama-lama kelamaan terkumpul dan lahir sebagai sebuah status. Kembali ke awal, bahwa status itu sebenarnya ia buat untuk membantu dirinya sendiri melepaskan pikiran-pikiran yang mengganggunya. Jadi , kesimpulannya adalah status tidak bisa menjadi tolak ukur kepribadian seseorang. So don’t judge the book by its cover. Don’t jdge someone by her status!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar